Sejarah Singkat Munculnya Teologi Alkitab
Oleh: Yusup Rogo
Yuono
Pengertian
Istilah Teologi Biblika
Istilah
teologi biblika dapat digunakan untuk menunjuk suatu metode khusus dalam studi
teologi. Secara luas digunakan untuk menunjuk pada suatu gerakan yang pada
dasarnya antagonistic terhadap iman evangelical. Penggunaan yang bersifat
negative disini dimaksudkan dan dimunculkan sebelum adanya pembahasan tentang
arti yang sah dari teologi biblika.
Pemahaman lain
Pemahaman
lain dari istilah teologi biblika adalah untuk menunjukkan pada suatu metode di
mana pengambilan bahan-bahannya beroroentasi pada sejarah dari Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru untuk menghasilkan suatu teologi. Naturnya adalah eksegese,
dimana bahan-bahan diambil dari alkitab dan bukan dari pengertian teologi
secara filosofis, studi ini menekankan pada peristiwa-peristiwa sejarah dari
mana doktrin-doktrin itu diajukan, studi ini menyelidiki teologi yang muncul
sesuai periode sejarahnya (seperti era nuh atau Abraham) atau dari para penulis
secara individu (seperti tulisan paulus dan yohanes).
Teologi
biblika yang dijelaskan dia atas dapat disebut
sebagai cabang ilmu teologi yang secara sistematis memperlajari
perkembangan penyataan Allah dalam sejarah sebagaimana yang dinyatakan dalam
alkitab.
Perkembangannya
a.
Sejak
reformasi hingga pencerahan
Prinsip golongan protestan “sola
skriptura” (hanya berdasarkan Alkitab saja), yang menjadi sorak peperangan dari
gerakan reformasi terhadap teologi skolastik dan tradisi kekeuasaan gereja,
memberi sumber bagi perkembangan teologi alkitab berikutnya akibat gagasannya
untuk menafsirkan sendiri alkitab (sui ipsius interpres)
Hermeneutic sola skriptura dari Luther
dan prinsipnya was Christum treibe dan juga dualism antara isi dan jiwanya
menghalangi Luther untuk mengembangkan suatu teologi alkitabiah. Di antara
beberapa contoh dari gerekan reformasi radikal suatu pendekatan teologis yang
mirip dengan pendekatan yang kemudian dikenal dengan teologi alkitabiah
dikembangkan pada awal tahun 1530-an oleh O. Glait dan Andreas Fischer.
Penekanan untuk kembali kepada alkitab
dari pietisme jerman telah mengubah arah teologi alkitabiah. Di dalam gerakan
pietisme teologi alkitabiah menjadi alat
reaksi terhadap sifat ortodoks protestan yang kering.
Sejak sekitar 1745 teologi alkitabiah,
jelas sudah terpisah dari teologi dogmatika dan teologi alkitabiah dipahami
sebagai dasar dari teologi sistematika.
b.
Zaman
pencerahan
Pada zaman pencerahan berkembang suatu
cara pendekatan penelaahan alkitab yang baru sama sekali karena beberapa
pengaruh.
Yang pertama, reaksi rasionalisme
terhadap supernaturalisme. Akal manusia ditegakkan kembali sebagai patokan
final serta sumber utama pengetahuan, yang berarti bahwa wibawa alkitab sebagai
penyataan ilahi yang sempurna dotilak.
Yang kedua, dalam zaman pencerahan ini
dikembangkan suatu hermeneutic baru, yaitu metode penelitian sejarah yang
bertahan hingga kini dalam liberalism dan di luarnya.
Ketiga, terdapat penggunaan kritik
sastera radikal terhadap alkitab.
Pada hakekatnya rasionalisme diarahkan
untuk meninggalkan pandangan ortodok tentang pengilhaman alkitab supaya alkitab
hanya menjadi salah satu sebuah dokumen kuno yang harus dipelajari seperti
dokumen-dokumen kuno lainnya.
Jadi dalam zaman pencerahan ini disiplin
teologi alkitab telah membebaskan diri dari peranannya sebagai tambahan
terhadap dogmatic menjadi pesaing dari dogmatic.
c.
Dari
jaman pencerahan hingga zaman Teologi dialektik
Perkembangan berikutnya menunjukkan
bahwa disiplin baru yang berkaitan dengan sejarah ini kalah dan dikuasai oleh
berbagai system filsafat, lalu mengalami tantangan dari ilmu pengetahuan yang
konservatif, dan akhirnya mati oleh pendekatan dari beberapa dasawarsa sejarah
agama-agama.
d.
Perkembangan
berikutnya
Sejak tahun 1933, teologi alkitab telah
mendapatkan tempat yang terhormat dalam pelajaran teologi. Yang terutama
penting selama abad ini adalah sebuah bentuk eksistensial dari disiplin ilmu
tersebut yang dikenal sebagai gerakan teologi alkitabiah.
Tulisan Gilkey dan Barth telah
menghantam inti gerakanteologi
alkitabiah dengan menyingkapkan pendiriannya yang bercabang tentang
kemodernan alkitab. Karya mereka tersebut adalah Langdon B. Gilkey : kosmologi,
ontology, kesulitan bahasa alkitab,
James Barr : pidatonya yang berjudul “Kebangkitan melalui sejarah di
dalam Perjanjian Lama dan pemikiran modern”.
Gilkey mengungkapkan bahwa pandangan
gerakan itu tentang dunia dan kosmologinya bersifat modern, sementara bahasa
teologinya alkitabiah dan ortodok. Akibatnya berbagai mujizat dan firman Tuhan
dalam alkitab diberitakan sedemikian rupa supaya tidak mengganggu berbagai hal
yang telah dicapai modernisasi sementara bahasa alkitab dan ungkapan “pekerjaan
luar biasa Allah” yang sering digunakan (suatu frasa alkitabiah yang bagus yang
meniadakan perlunya disertakan mujizat-mujizat) dipertahankan.
Paul Enns mengungkapkan bahwa gerakan
ini berawal dari liberalime dan neo-ortodoksi. Gerakan ini pada awalnya
merupakan reaksi terhadap liberalism dan berusaha untuk kembali pada studi
eksegesis kitab suci, khususnya penekanan pada studi kata-kata biblika. Rupanya
sebagai suatu gerakan, gerakan itu tidak pernah melepaskan diri dari pengaruh
liberalism, gerakan itu tetap memakai kritik historis. Misalnya, dalam
mempelajari kitab injil, penganut-penganut gerakan teologi biblika
mengaplikasikan metode kritik historis dalam usaha untuk menemukan kata-kata
Kristus mana yang sebenarnya merupakan kata-kata yang benar-benar diucapkan
oleh-Nya
Gerekan ini bermula dari neo-ortodok
Penganut-penganut pandangan
neo-ortodoksi mengenai pewayuan, mengajarkan evolusi sebagai teori asal mula,
dan lebih menekankan aspek manusiawi dari alkitab dari pada aspek ilahinya.
Sebagai akibatnya gerakan ini menghancurkan dirinya sendiri. Sebab, sangatlah
tidak mungkin untuk melakukan studi eksegesis kitab suci secara serius dan pada
yang sama menyangkali otritas kitab suci itu sendiri.
Meskipun pada abad ke 18 dan 19
kelemahan pesan dari leberalisme disadari, namun gerakan itu tetap
mempertahankan presuposisi liberalism terhadap alkitab.
Dimana
kita sekarang?
Kita berada di tengah-tengah
kebingunggan pada akhir decade yang lalu, ada hal-hal yang telah menjadi sangat
jelas. Kendati ada harapan-harapannya yang paling tinggi, teologi alkitabiah
belum dapat mengulangi dan menggunakan kembali otoritas alkitab. Sebetulnya
otoritas alkitab sudah berkurang dan bukan bertambah dalam periode ini.
Otoritas alkitab belum sepenuhnya terhindar dari kehampaan penelitian sumber
disatu pihak, atau historisme sejarah agama dipihak lain.
Sumber-sumber:
Enns, Paul. The Moody Hand Book Of
theology: buku pegangan teologi jilid 1. Malang: Departeman Litaratur SAAT,
2003
Hasel, Gerhard,F. Teologi Perjanjian
Lama. Malang: Gandum Mas. 1992
Kaisar, Jr., Walter C. Teologi
Perjanjian Lama. Malang : Gandum Mas. 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar