Senin, 11 November 2013

sejarah singkat munculnya teologi alkitab



Sejarah Singkat Munculnya Teologi Alkitab
Oleh: Yusup Rogo Yuono

Pengertian Istilah Teologi Biblika
Istilah teologi biblika dapat digunakan untuk menunjuk suatu metode khusus dalam studi teologi. Secara luas digunakan untuk menunjuk pada suatu gerakan yang pada dasarnya antagonistic terhadap iman evangelical. Penggunaan yang bersifat negative disini dimaksudkan dan dimunculkan sebelum adanya pembahasan tentang arti yang sah dari teologi biblika.

Pemahaman lain
Pemahaman lain dari istilah teologi biblika adalah untuk menunjukkan pada suatu metode di mana pengambilan bahan-bahannya beroroentasi pada sejarah dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru untuk menghasilkan suatu teologi. Naturnya adalah eksegese, dimana bahan-bahan diambil dari alkitab dan bukan dari pengertian teologi secara filosofis, studi ini menekankan pada peristiwa-peristiwa sejarah dari mana doktrin-doktrin itu diajukan, studi ini menyelidiki teologi yang muncul sesuai periode sejarahnya (seperti era nuh atau Abraham) atau dari para penulis secara individu (seperti tulisan paulus dan yohanes).

Teologi biblika yang dijelaskan dia atas dapat disebut  sebagai cabang ilmu teologi yang secara sistematis memperlajari perkembangan penyataan Allah dalam sejarah sebagaimana yang dinyatakan dalam alkitab.

Perkembangannya
a.       Sejak reformasi hingga pencerahan
Prinsip golongan protestan “sola skriptura” (hanya berdasarkan Alkitab saja), yang menjadi sorak peperangan dari gerakan reformasi terhadap teologi skolastik dan tradisi kekeuasaan gereja, memberi sumber bagi perkembangan teologi alkitab berikutnya akibat gagasannya untuk menafsirkan sendiri alkitab (sui ipsius interpres)
Hermeneutic sola skriptura dari Luther dan prinsipnya was Christum treibe dan juga dualism antara isi dan jiwanya menghalangi Luther untuk mengembangkan suatu teologi alkitabiah. Di antara beberapa contoh dari gerekan reformasi radikal suatu pendekatan teologis yang mirip dengan pendekatan yang kemudian dikenal dengan teologi alkitabiah dikembangkan pada awal tahun 1530-an oleh O. Glait dan Andreas Fischer.
Penekanan untuk kembali kepada alkitab dari pietisme jerman telah mengubah arah teologi alkitabiah. Di dalam gerakan pietisme teologi alkitabiah menjadi  alat reaksi terhadap sifat ortodoks protestan yang kering.
Sejak sekitar 1745 teologi alkitabiah, jelas sudah terpisah dari teologi dogmatika dan teologi alkitabiah dipahami sebagai dasar dari teologi sistematika.

b.      Zaman pencerahan
Pada zaman pencerahan berkembang suatu cara pendekatan penelaahan alkitab yang baru sama sekali karena beberapa pengaruh.
Yang pertama, reaksi rasionalisme terhadap supernaturalisme. Akal manusia ditegakkan kembali sebagai patokan final serta sumber utama pengetahuan, yang berarti bahwa wibawa alkitab sebagai penyataan ilahi yang sempurna dotilak.
Yang kedua, dalam zaman pencerahan ini dikembangkan suatu hermeneutic baru, yaitu metode penelitian sejarah yang bertahan hingga kini dalam liberalism dan di luarnya.
Ketiga, terdapat penggunaan kritik sastera radikal terhadap alkitab.
Pada hakekatnya rasionalisme diarahkan untuk meninggalkan pandangan ortodok tentang pengilhaman alkitab supaya alkitab hanya menjadi salah satu sebuah dokumen kuno yang harus dipelajari seperti dokumen-dokumen kuno lainnya.
Jadi dalam zaman pencerahan ini disiplin teologi alkitab telah membebaskan diri dari peranannya sebagai tambahan terhadap dogmatic menjadi pesaing dari dogmatic.
c.       Dari jaman pencerahan hingga zaman Teologi dialektik
Perkembangan berikutnya menunjukkan bahwa disiplin baru yang berkaitan dengan sejarah ini kalah dan dikuasai oleh berbagai system filsafat, lalu mengalami tantangan dari ilmu pengetahuan yang konservatif, dan akhirnya mati oleh pendekatan dari beberapa dasawarsa sejarah agama-agama.
d.      Perkembangan berikutnya
Sejak tahun 1933, teologi alkitab telah mendapatkan tempat yang terhormat dalam pelajaran teologi. Yang terutama penting selama abad ini adalah sebuah bentuk eksistensial dari disiplin ilmu tersebut yang dikenal sebagai gerakan teologi alkitabiah.
Tulisan Gilkey dan Barth telah menghantam inti gerakanteologi  alkitabiah dengan menyingkapkan pendiriannya yang bercabang tentang kemodernan alkitab. Karya mereka tersebut adalah Langdon B. Gilkey : kosmologi, ontology, kesulitan bahasa alkitab,  James Barr : pidatonya yang berjudul “Kebangkitan melalui sejarah di dalam Perjanjian Lama dan pemikiran modern”.
Gilkey mengungkapkan bahwa pandangan gerakan itu tentang dunia dan kosmologinya bersifat modern, sementara bahasa teologinya alkitabiah dan ortodok. Akibatnya berbagai mujizat dan firman Tuhan dalam alkitab diberitakan sedemikian rupa supaya tidak mengganggu berbagai hal yang telah dicapai modernisasi sementara bahasa alkitab dan ungkapan “pekerjaan luar biasa Allah” yang sering digunakan (suatu frasa alkitabiah yang bagus yang meniadakan perlunya disertakan mujizat-mujizat) dipertahankan.
Paul Enns mengungkapkan bahwa gerakan ini berawal dari liberalime dan neo-ortodoksi. Gerakan ini pada awalnya merupakan reaksi terhadap liberalism dan berusaha untuk kembali pada studi eksegesis kitab suci, khususnya penekanan pada studi kata-kata biblika. Rupanya sebagai suatu gerakan, gerakan itu tidak pernah melepaskan diri dari pengaruh liberalism, gerakan itu tetap memakai kritik historis. Misalnya, dalam mempelajari kitab injil, penganut-penganut gerakan teologi biblika mengaplikasikan metode kritik historis dalam usaha untuk menemukan kata-kata Kristus mana yang sebenarnya merupakan kata-kata yang benar-benar diucapkan oleh-Nya
Gerekan ini bermula dari neo-ortodok
Penganut-penganut pandangan neo-ortodoksi mengenai pewayuan, mengajarkan evolusi sebagai teori asal mula, dan lebih menekankan aspek manusiawi dari alkitab dari pada aspek ilahinya. Sebagai akibatnya gerakan ini menghancurkan dirinya sendiri. Sebab, sangatlah tidak mungkin untuk melakukan studi eksegesis kitab suci secara serius dan pada yang sama menyangkali otritas kitab suci itu sendiri.

Meskipun pada abad ke 18 dan 19 kelemahan pesan dari leberalisme disadari, namun gerakan itu tetap mempertahankan presuposisi liberalism terhadap alkitab.

Dimana kita sekarang?
Kita berada di tengah-tengah kebingunggan pada akhir decade yang lalu, ada hal-hal yang telah menjadi sangat jelas. Kendati ada harapan-harapannya yang paling tinggi, teologi alkitabiah belum dapat mengulangi dan menggunakan kembali otoritas alkitab. Sebetulnya otoritas alkitab sudah berkurang dan bukan bertambah dalam periode ini. Otoritas alkitab belum sepenuhnya terhindar dari kehampaan penelitian sumber disatu pihak, atau historisme sejarah agama dipihak lain.




Sumber-sumber:
Enns, Paul. The Moody Hand Book Of theology: buku pegangan teologi jilid 1. Malang: Departeman Litaratur SAAT, 2003
Hasel, Gerhard,F. Teologi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas. 1992
Kaisar, Jr., Walter C. Teologi Perjanjian Lama. Malang : Gandum Mas. 2000

Rabu, 16 Oktober 2013

kesimpulan kebangkitan kristus



KESIMPULAN KEBANGKITAN KRISTUS
Oleh : Yusup Rogo Yuono



Salib, kematian dan penguburan Kristus menunjukkan kelemahan dan kekalahan. Tetapi kebangkitan Kristus betul-betul menunjukkan kemenanganNya, dan kebangkitan-Nya ini menyebabkan kematian-Nya mempunyai kuasa dan manfaat dalam hidup kita (1Kor 15:14,17).

Karena itu, kematian dan kebangkitan Kristus tidak boleh dipisahkan. Kitab Suci dalam banyak bagian menyebutkan kematian dan kebangkitan Kristus sekaligus (Ro 4:25  Ro 6:4  2Kor 13:4  Fil 3:10).

Memang ada bagian-bagian Kitab Suci yang hanya berbicara tentang kematian atau kebangkitan saja. Pada saat melihat bagian yang hanya berbicara tentang kematian Kristus, harus juga diingat kebangkitan-Nya. Sebaliknya, pada saat melihat bagian yang hanya berbicara tentang kebangkitan Kristus, juga harus diingat kematian-Nya.

Kebangkitan merupakan fase pertama dari pemuliaan Kristus. Kebangkitan-Nya ini merupakan yang sulung, diakatakan sulung karena Dialah yang pertama yang mengalami kebangkitan dan mendapatkan pemulihan serta diangkat pada derajat yang lebih tinggi (tubuh kemulyaan).

Kebangkitan Kristus membawa arti penting bagi pribadi Kristus, bagi karya kritus, bagi injil dan bagi orang percaya

Pada sisi yang lain orang-orang yang tidak percaya akan hal  yang anti supra natural sulit menerima sulit untuk menerima akitab yang sifatnya mujizat, termasuk di dalamnya kebangkitan Kristus. Penolakkan ini menciptakan beberapa teori yang menentang atau menolak kebangkitan Kristus antara lain: teori kebohongan, teori pingsan, teori visi, teori mistik, teori kubur tidak dikenal, teori kubur yang salah, teori legenda, teori halusinasi dan yang lainnya.

Untuk menyanggah atau memberikan menjawab teori di atas yang menolak fakta kebangkitan Kristus, orang percaya dapat mempergunakan bukti-bukti alkitab yang mendeskripsikan tentang kebangkitan Kristus. Dua bukti yang dapat menjawab adalah penampakan-Nya sesudah kebangkitan dan penampakan-Nya sebelum kenaikan.

Fakta kebangkitan Kristus merupakan hal yang penting, sebab: Tidak percaya pada kebangkitan Yesus berarti sama dengan tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan. Yang kedua, Orang yang tidak percaya pada kebangkitan Yesus, tidak akan selamat (Ro 10:9). Karena itu, Paulus dalam penginjilannya sangat mementingkan berita tentang kebangkitan Yesus (1Kor 15:3-4).






Selasa, 10 September 2013

Penulis Alkitab dan Keunikan Alkitab



Penulis Alkitab dan Keunikan Alkitab
oleh: Yusup Rogo Yuono, M.Th

Ditulis oleh 40 penulis
Alkitab adalah salah satu Buku, tetapi juga terdiri dari banyak buku yang ditulis oleh sekurang-kurangnya 40 penulis yang berbeda-beda.
Menarik untuk diperhatikan berbagai latar belakang pekerjaan penulis-penulis yang dapat diketahui yaitu:
Dua penulis adalah Raja - Daud dan Salomo
Dua penulis adalah Imam - Yeremia dan Yehezkiel
Lukas seorang Dokter
Dua penulis adalah Nelayan - Petrus dan Yohanes
Dua penulis adalah Gembala - Musa dan Amos
Paulus seorang Farisi dan Theolog
Daniel seorang Negarawan
Matius seorang Pemungut Cukai
Yosua seorang Tentara
Ezra seorang Ahli Kitab
Nehemia seorang Juru Minuman[1]
Catatan:
Dengan melihat berbagai latar belakang penulis alkitab, apa yang dapat direfleksikan?
a.    Tuhan memakai siapapun, tidak peduli profesinya
b.    Masa lalu kita penting (matius à satu-satunya penulis injil yang menulis tentang keuangan dalam porsi yang lengkap, karena dia pernah menjabat sebagai pemungut cukai)
Simulasi: anak-anak disuruh membuat karya tulis dan dipisah2 tidak boleh berdua, dengan topik yang bebas. Dan hasilnya pasti tidak nyambung.. durasi 30 menit dan setelah itu kumpul kembali. Dan di share kan. Pasti hasilnya tidak nyambung antara satu dengan yang lain. Padahal mereka hidup di hari yang sama. Apalagi mereka yang hidup di jaman yang berbeda.

Para penulis Kitab Suci ini hampir-hampir tidak mempunyai kesamaan. Hanya ada satu jawaban yang memuaskan. Dengan menggunakan kecakapan orang-orang ini, atau mengatasi ketidakmampuan mereka, Allah berbicara melalui mereka, dan menyebabkan mereka dapat menulis Kitab Suci itu sesuai dengan rencana-Nya yang ilahi[2].
Walaupun demikian, asal-mula yang berbeda-beda ini kelihatannya tidak membuat perbedaan sedikit pun pada berita-berita yang dituliskan. Setiap bagian sesuai pada tempatnya. Setiap bagian memberi sokongan pada keharmonisan Kitab ini secara keseluruhan.
Ilustrasi:
Untuk melihat pentingnya argumentasi ini, marilah kita ambil satu contoh. Misalnya, Anda sedang berusaha membuat satu buku yang terdiri dari bermacam-macam buku kesusastraan yang ditulis sejak abad pertama, pada masa agama Kristen baru berkembang. Ambillah bahan-bahan Anda dari: tulisan-tulisan papirus kuno, karya-karya pujangga Mesir kuno, karangan-karangan para ahli filsafat, buku-buku tentang kebijaksanaan kuno dari Timur atau buku apa saja yang Anda pilih. Dari setiap abad, ambillah beberapa jenis buku. Pilihlah bahan-bahan yang mewakili golongan dari pelbagai lapisan masyarakat: pedagang, buruh, pendeta, dan petani. Kumpulkan semuanya dan jilidlah menjadi satu buku. Sekarang, buku apa yang akan Anda peroleh? Bukankah itu suatu buku yang isinya sangat menggelikan, bertentangan, dan campur aduk?

Ditulis dalam tiga benua
Tempat penulisannya juga beragam, alkitab ditulis di tiga benua. Eropa, Asia dan Afrika. Paulus menulis di penjara Roma dan di Korintus, keudanya ada di Eropa. Yeremia dan mungkin Musa menulis di Mesir, di Afrika. Kebanyakan kitab lain ditulis di Asia[3].

Mempunyai daya tarik universal
Semua penulis, terkecuali Lukas, adalah orang-orang Israel/Yahudi dan menulis dalam konteks agama Yahudi atau Kristen. Namun kata-kata yang mereka tulis mempunyai daya tarik universal bagi semua bangsa di seluruh dunia.

Alkitab itu ditulis pada waktu dan keadaan yang berbeda-beda.
Musa menulis 5 buku pertama dari Perjanjian Lama (Pentateuch), ketika ia berada sendirian di padang gurun. Yeremia menulis dalam sebuah penjara bawah tanah yang lembab. Mazmur-mazmur indah dari Daud pasti ditulis di lereng bukit, sementara ia mengembalakan domba-dombanya; yang lainnya menulis pada waktu berperang. Paulus menulis banyak suratnya ketika ia dipenjarakan. Dokter Lukas kelihatannya menulis dalam semacam buku catatan harian. Yohanes, murid yang dikasihi Yesus, menulis di Pulau Patmos yang berbatu-batu.

Waktu-waktunya juga berbeda-beda. Beberapa ditulis pada suasana berbahaya, beberapa ditulis dalam keadaan yang damai. Pada jaman Daud menulis, ada banyak peperangan. Salomo menulis pada pemerintahannya yang damai. Banyak nabi menulis dalam keadaan sedih dan putus-asa. Tetapi tidak satu pun dari keadaan-keadaan ini yang mengurangi kesatuan dari Kitab ini. Hanya ada satu sistem doktrin, satu jalan keselamatan, dan satu hukum iman. Allah telah mengambil benang-benang waktu dan keadaan yang berbeda-beda itu, dan dengan cakap menenunnya menjadi sebuah permadani kebenaran demi pertumbuhan iman kita.

Kitab yang tidak diketahui penulisnya
Dari keenampuluh enam buku di Alkitab, yang 55 dikenal baik penulisnya di sejarah dan tradisi. Yang 11 buku para penulisnya tidak diketahui adalah Hakim-hakim, Rut, 1 & 2 Samuel, 1 & 2 Raja-raja, 1 & 2 Tawarikh, Ester, Ayub dan Ibrani. Beberapa buku seperti Kejadian, Hakim-hakim, 1 & 2 Raja-raja dan 1 & 2 Tawarikh meliputi masa yang panjang dalam sejarah sehingga merupakan kemungkinan bahwa buku-buku ini berupa kumpulan catatan-catatan kuno yang digabungkan dan diedit oleh beberapa orang yang dipilih Allah, yaitu yang ada di akhir periode waktu yang dilukiskan di buku tersebut. Sebagai contoh, Musa mungkin merupakan pengumpul sumber-sumber yang menjadi buku kejadian. Mazmur dan Amsal adalah buku-buku yang ditulis oleh lebih dari seorang. Judul-judul yang ada pada sejumlah Mazmur menyarankan ada sekitar 7 penulis yang berbeda-beda. Sebagai penulis Amsal adalah Salomo, Agur ( 30:1 ) dan raja Lemuel ( 31:1 )

Ditulis dalam 1500 tahun
Dalam periode tak kurang dari 1500 tahun, kebanyakan dari mereka tak pernah saling mengenal. Namun Alkitab adalah satu kesatuan yang kesinambungannya demikian jelas dan dapat saja dipikirkan seolah-olah buku itu hanya punya seorang penulis, yaitu Allah sendiri. Inti pengajarannya hanya satu, isinya saling berpautan, berkembang menjadi satu kebenaran.
Penulis pertama kitab-kitab Perjanjian Lama adalah Musa yang hidup pada sekitar tahun 1500 S.M. Sedangkan Yohanes adalah penulis terakhir bagian dari Kitab Perjanjian Baru (Injil Yohanes, surat-surat kiriman Yohanes dan surat Wahyu)[4].

Kemalasan orang yahudi menulis
Bangsa Yahudi itu bukanlah orang-orang yang suka mengarang. Proses pendidikan mereka terjadi hampir semata-mata secara lisan. Bahkan sekarang pun penekanan lebih diberikan pada hafalan. Namun dengan mengatasi semua kesulitan ini Allah telah membuat 39 buku dari Perjanjian Lama melalui pengarang Yahudi. Dan kemudian, pada jaman Perjanjian Baru, tidak ada seorangpun yang berani menambah atau mengurangi isi Perjanjian Lama. Tentu saja para murid pun tidak berani melakukan hal ini. Tetapi Roh Kudus bekerja lagi dalam orang-orang yang terpilih, dan walaupun mereka tidak biasa menulis, mereka menjadi penulis-penulis dalam kitab Perjanjian Baru. Sungguh benar bahwa jalan Tuhan bukanlah jalan manusia[5].
Kemudian terjadilah ... satu Kitab. Karangannya sama sekali tidak dapat diterangkan secara manusiawi. Sungguh suatu keajaiban karya sastra dalam proses pembuatannya. Tetapi apabila Anda ingat, bahwa hal ini dilakukan dalam perbuatan dan kebenaran firman Allah, maka segala hal yang aneh dan segala pertentangan, hilang dengan sendirinya.

Ilustrasi
Dalam orkes simponi kita tidak mempertanyakan bagaimana para pemain musik itu bermain dengan harmonis yang indah dan bukan dengan suara sumbang. Kita tahu betul, bahwa sebelum simponi itu terjadi, ada peranan penggubah lagu yang telah merancang setiap bagian dari musik itu dengan hati-hati dan penuh kecakapan. Demikian juga dengan Alkitab. Allah adalah Penggubah yang Maha Besar dari Kitab Suci ini. Di dalam kurunnya waktu, Ia telah menggubah suatu simponi yang agung. Setiap pengarang melakukan bagiannya sendiri-sendiri. Dan sementara masing-masing menulis buku-Nya, karya sastra yang agung sepanjang abad dihasilkan[6].






[1] Internet. www. gpdiworld.us/isi/doktrin/bibliologi. Diakses pada tanggal 7 juni
[2] www.pemudakristen.com/artikel/alkitab_isinya_yang_mengherankan.Diakses pada tanggal 7 juni
[3] Paul Enns. The hand book of theology. Malang : SAAT. 2006
[5] William W. Orr, 10 Alasan Mengapa Saya Percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah,  Yayasan Kalam Hidup
[6] www.pemudakristen.com/artikel/alkitab_isinya_yang_mengherankan.Diakses pada tanggal 7 juni